Monday 29 October 2012

Bersyukur: Nikmat Ditambah. How Come?

Ketika selesai sebuah pertunjukan, pianis terkenal itu dihampiri seorang anak yang meminta tanda tangan darinya.
“Tapi tangan saya sudah capek karena main tadi”, kata pianis itu. Si anak menjawab, “Om, tangan saya juga capek bertepuk tangan lamaaaa sekali buat Om. Sambil berdiri malah.”
Pianis itu tercenung. Wajahnya bersemu merah menyadari bahwa dirinya merasa senang atas apresiasi si anak, seperti yang juga diberikan oleh ratusan orang di ruangan tadi. Dan sekarang, dirinya malah berusaha menghindar dari seorang anak kecil yang cuma meminta tanda tangan, hanya karena merasa kecapekan. Pianis itu mulai menyadari penyusutan rasa syukur dalam dirinya belakangan ini.
Jika kita bersyukur maka nikmat akan ditambah. Bagaimana bisa?
Rasa syukur akan menyingkap tirai dan menghapus kabut yang melingkupi begitu banyak hal yang mestinya kita syukuri. Dengan mulai bersyukur, kita akan menemukan hal lain yang langsung kita sadari juga patut disyukuri. Rasa syukur ini, kemudian juga akan menemukan hal lain yang juga patut disyukuri.
Maka berjalanlah kita dari satu rasa syukur ke rasa syukur yang lain. Sesungguhnyalah, perjalanan dan petualangan dari satu syukur ke syukur yang lain, adalah perjalanan dari satu nikmat ke nikmat yang lain.
Dalam hal ini, segala kenikmatan itu telah diberikan kepada kita, tanpa kita menyadarinya. Kesadaran akan eksistensi kenikmatan ini, jelas-jelas adalah “penambahan kenikmatan” yang muncul dari makin pekanya sub modalitas alias panca indera dan turunannya.
Dalam waktu yang sama, petualangan rasa syukur ini, yang karena dijejali oleh berbagai penemuan akan kenikmatan, menciptakan state yang sangat kondusif untuk kepentingan learning, creativity, dan akhirnya mengarah pada penemuan solusi-solusi.
Rasa syukur akan menciptakan rapport atau rasa dekat sekaligus rasa senang dan rasa menyukai terkait dengan fenomena yang disyukuri. Dengan ini kita akan lebih peka dan lebih mampu melihat, mendengar, dan merasakan berbagai detil.
Dalam hal ini, segala kenikmatan itu terbuka dan terkuak dengan bentuk kenikmatan pembelajaran dan penemuan, kenikmatan kreatifitas dan berkreasi, dan kenikmatan menemukan solusi.
Sangat mungkin, kenikmatan solusi itu juga muncul dari pintu tak tak disangka-sangka.
Maka, mampukah kita menghitung kenikmatan yang dianugerahkannya- Nya?
Jika suatu saat Anda merasa mentok, merasa kurang kreatif, merasa putus asa, merasa tak menemukan jawaban dan putus harapan dari segala persoalan di dalam hidup Anda;
Maka Anda akan tahu harus bagaimana.
Semoga Kita termasuk golongan yang bersyukur.

No comments:

Post a Comment